PENGABDIAN
ATAUKAH PEKERJAAN PROFESI GURU SAAT INI?
Oleh:
Nike Diana Ratnawati
ABSTRAK
Profesi
guru merupakan profesi yang mulia. Sering kita dengar ungkapan Guru Adalah
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, mendengar hal tersebut pastinya kita meyakini akan
hal tersebut karena dari guru kita mendapatkan ilmu yang sangat berharga yang
tidak dapat dibalas dengan apapun. Namun bertolak dari hal tersebut guru juga manusia biasa yang tentunya memiliki keinginan dalam
mencapai kesejahteraan, maka dari itulah seorang guru terkadang tidak dapat
mempertahankan idealismenya sebagai pendidik sejati.
I.
Pendahuluan
Dunia
pendidikan saat ini sudah jauh berbeda dengan zaman dahulu, dahulu menjadi
seorang guru merupakan prestige bagi pandangan masyarakat tetapi berbeda dengan
hari ini profesi guru bagaikan emas sehingga banyak orang yang berkeinginan
untuk menjadi seorang guru. Mengapa demikian ?
Pilihan
menjadi seorang guru merupakan suatu pilihan yang tepat , hal ini dilihat dari
waktu kerja guru yang lebih pendek dibanding
dengan pekerjaan lain . bidang tugasnya bisa dikatakan mudah dan
menyenangkan. Selain itu kedudukan guru dimasyaribakat dipandang terhormat
karena ilmu yang diajarkan sangatlah berharga. Dengan fenomena seperti itulah
maka profesi guru sekarang menjadi incaran sebagian orang. Dari hal tersebut
maka terkadang timbul suatu pertanyaan
masih layakkah ungkapan Guru Adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa?
II.
Pembahasan
Sejak
dahulu hingga sekarang guru menempati tempat terhormat dimasyarakat .
kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati sehingga masyarakat tidak
meragukan figur seorang guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat
mendidik anak mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. Dengan
kepercayaan yang diberikan masyarakat , maka dipundak guru diberikan tugas dan
tanggung jawab yang berat. Dengan begitu maka sebagai seorang guru harus memiliki
kepribadian yang unik. Disatu pihak guru harus ramah, sabar, menunjukkan
pengertian, memberikan kepercayaan, dan menciptakan suasana aman . akan tetapi,
dilain pihak guru harus memberikan tugas, mendorong siswa untuk mencapai
tujuan, mengadakan koreksi, menegur dan menilai .Seorang guru dalam mendidik
perlu memahami pikiran dan perasaan peserta didiknya(Ws.Winkel, 1991: 16).
Kepribadian
seorang guru seolah – olah terbagi menjadi dua bagian. Disatu pihak bersikap
empati, dipihak lain bersikap kritis. Tuntutan
kepribadian guru seperti itu harus
disadari oleh para guru.
Untuk
mewujudkan pribadi yang luwes tersebut, maka setiap guru perlu menyadari tugas
dan posisinya sebagai pengajar, pendidik dan pelatih. Untuk melaksanakan ketiga tugas itu maka diperlukan
kepribadian yang unik. Profil guru yang ideal adalah sosok yang mengabdikan
diri berdasarkan panggilan jiwa, panggilan hati nurani bukan karena tuntutan
uang belaka, yang membatasi tugas dan tanggung jawabnya sebatas dinding
sekolah.
Ungkapan
Guru Adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa merupakan suatu ungkapan yang tepat untuk
seorang guru. Bahkan seorang penyair bernama sjauki menciptakan suatu kata-kata
mutiara untuk sang guru “ berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan ,
karena seorang guru hampir saja merupakan seorang Rasul”. Dari kata mutiara
tersebut dapat kit lihat betapa mulianya tugas seorang guru, jadi wajarlah jika
guru mendapatkan julukan yang tidak akan pernah ditemukan pada profesi. Semua
julukan itu perlu dilestarikan dengan pengabdian yang tulus ikhlas, dan dengan motivasi kerja
untuk membina watak anak didik. Tetapi untuk saat ini julukan guru sebagai
pahlawan tanpa tanda jasa hanya pantas untuk sebagian kecil guru saja.
Kesulitan
hidup saat ini menjadikan pilihan
menjadi pendidik lebih berat dari masa sebelumnya. Tantangan masalah ekonomi
dan gaya hidup materialitas menjadikan
guru seorang guru sulit untuk mempertahankan idealisme sebagai seorang guru.
Idealisme seorang guru haruslah memberikan dirinya secara total bagi dunia
pendidikan, hal itu merupakan keadaan yang berat ditengah semua persoalan hidup yang harus dihadapi
seorang guru. Hal tersebut merupakan sebuah tantangan bagi seorang pendidik. Guru yang berkualitas selalu
mengembangkan profesionalismenya secara penuh. Dia tak akan merengek-rengek
meminta diangkat sebagai pegawai negeri atau guru tetap sebab pekerjaannya
telah membuktikan, kinerjanya layak dihargai. Mungkin ini salah satu alternatif
yang bisa dilakukan guru untuk mengembangkan dan mempertahankan idealismenya
pada masa sulit. Profesionalisme guru sebenarnya adalah sebuah paradigma yang
tidak dapat ditawar – tawar lagi.
Teori Peter G Beidler, dalam buku
Inspiring Teaching menyatakan 10 kriteria guru yang profesional (Beidler 1997,
hlm. 3-10 ), yaitu :
1. Guru yang profesional harus benar –
benar berkeinginan untuk menjadi guru yang baik.
2. Guru yang profesional berani
mengambil resiko lalu berjuang untuk mencapainya.
3. Guru yang profesional selalu
memiliki sikap yang positif.
4. Guru yang profesional selalu
menggunakan waktunya untuk kemajuan pendidikan.
5. Guru profesional adalah guru yang
beranggapan bahwa mengajar adalah tugas utamanya.
6. Guru yang profesional adalah guru
yang bisa merubah anak didiknya menjadi lebih baik.
7. Guru yang profesional adalah guru
yang mampu membedakan antara kemampuan dan kemauan siswanya.
8. Guru yang profesional adalah guru
yang dapat memberikan motivasi untuk anak didiknya.
9. Guru yang baik adalah guru yang bias
menilai siswa sesuai dengan kemampuannya.
10. Guru profesional adalah guru yang
senantiasa dapat aspiratif siswa.
Profesionalisme guru tidak hanya karena faktor tuntutan dari perkembangan
jaman, tetapi pada dasarnya juga merupakan suatu keharusan bagi setiap individu
dalam kerangka perbaikan kualitas hidup manusia. Profesionalisme menuntut
keseriusan dan kompetensi yang memadai, sehingga seseorang dianggap layak untuk
melaksanakan sebuah tugas.
Visi guru adalah pelaku perubahan
dan pendidik karakter. Sebagai pelaku perubahan tersebut maka perlu pemikiran
dan strategi dari guru agar mampu menjadi pelaku perubahan dan pendidik
karakter yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat kita dewasa ini. Di zaman
persaingan ketat seperti sekarang, kinerja menjadi satu-satunya cara untuk
mengukur mutu seorang guru. Karena itu, status pegawai negeri, swasta, tetap,
atau honorer tidak terlalu relevan dikaitkan gagasan tentang profesionalisme
kinerja seorang guru. Di banyak tempat lembaga swasta yang besar dan maju, status pegawai
tetap malah membuat lembaga pendidikan swasta tidak mampu mengembangkan gurunya
secara profesional sebab mereka telah merasa mapan. Demikian juga yang menjadi
pegawai negeri, banyak yang telah merasa nyaman sehingga lalai mengembangkan
dirinya. Oleh karena itu guru harus kembali pada jati dirinya yaitu
memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu ramah, terbuka, akrab, mau mengerti dan
mau belajar terus – menerus agar semakin menunjukkan jati dirinya sebagai
pendidik.
Perbaikan kualitas pendidikan saat
ini merupakan isu yang menarik dan senantiasa menjadi
diskursus antara pemerintah sebagai institusi dan guru yang memahami dunia
nyata dilapangan, serta pengawas pendidikan yang senantiasa mengusung teori.
Dalam masalah ini pemerintah sangat serius dengan perubahan – perubahan dan
perbaikan kurikulum dan standarisasi tenaga pendidik dan kependidikan, dan para
guru senantiasa menyuarakan
profesionalisme dan penghargaannya, sementara pemerhati atau pengawas
pendidikan mengusahakan pendidikan yang teoritik dan sistematis. Dalam hal ini
pemerintah dan masyarakat memberi prioritas untuk menjaga, melindungi dan
menghormati profesi guru. secara khusus pemerintah memberi jaminan finansial
secara minimal kepada tiap guru agar mereka dapat hidup layak dan bermartabat
sebagai guru. Masalah ini hanya bisa diatasi jika pemerintah dan masyarakat
memberi prioritas untuk menjaga, melindungi, dan menghormati profesi guru.
Secara khusus, pemerintah harus memberi jaminan finansial secara minimal kepada
tiap guru agar mereka dapat hidup layak dan bermartabat sebagai guru. Sejauh
ini, pemerintah telah memberikan suatu upaya untuk meningkatkan profesionalisme
guru dengan memberikan penghargaan yang sering disebut dengan sertifikasi guru
yang dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada guru ,terutama memberi
jaminan ekonomi minimal agar para guru dapat hidup bermartabat, sehingga sehingga
mereka dapat memberi pelayanan bermutu bagi masyarakat dan negara.
Sekarang kembali kepada guru itu
sendiri bagaimana cara menyikapi diri sebagai pendidik yang profesional, untuk itu guru wajib terus mengembangkan diri
di era globalisasi ini, kalau tidak terus mengembangkan diri, guru bisa
tertinggal dari siswanya, meskipun belum terima sertifikat profesional apalagi
sudah terima sertifikat profesional dan TPP sudah diterima. Tidak ada
alasan untuk tidak sempat tetapi harus melakukan sesuatu yang sudah menjadi tuntutan
bahwa pengetahuan guru harus selalu terasah dan up to date dan diharapkan
semakin dapat meninggkatkan mutu pendidikan dengan penghargaan tersebut. Tetapi
pada kenyataan sekarang ini berbeda dengan tujuan awalnya profesionalisme guru
telah hilang dan profesi guru merupakan suatu
upaya dalam memenuhi kebutuhan bukan lagi suatu pengabdian seutuhnya.
Seharusnya bukan hanya gaji guru
saja yang terus ditingkatkan akan tetapi sarana dan prasarana pendidikan juga
perlu dibenahi. Sehingga adanya keseimbangan antara mutu guru dan
sarana dan prasarana yang ada.
III.
Penutup
Zaman
memang berputar seperti roda pedati begitu juga dalam dunia pendidikan. Profesi
guru sekarang bagaikan sebuah emas lagi diburu , berbeda dengan zaman dahulu
profesi guru hanya dianggap sebelah mata oleh masyarakat karena gajinya yang
tidak seberapa, tetapi walaupun demikian kualitas pendidikan dahulu sangatlah
menjanjikan. Berbeda dengan sekarang realitas pendidikan , para pengelola pendidikan selalu menuntut
kenaikan jabatan tetapi tidak lagi memperhatikan mutu pendidikan. Hal ini
merupakan PR bagi kita untuk memperbaiki mutu pendidikan.
Tulisan
ini diharapkan dapat menjadi cermin bagi kita untuk mengubah paradigma pendidikan saat ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Isjoni.2007.Dilema guru ketika pengabdian menuai
kritikan.Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Rahman,Nazarudin.2009.Regulasi Pendidikan Menjadi Guru Profesional
Pasca
Sertifikasi.Yogyakarta:
Pustaka Felicha.
WAH BAGUS BANGET. MOHON IZIN COPAS YA
BalasHapusGuru juga mengabdi, mengabdi sepenuh hati dengan landasan keprofesionalan yang harus dimiliki seorang guru sejati
BalasHapus